Boleh Kubunuh Dia?


Gambar akan menceritakan segalanya.

Adikku tersayang.
Kau saudara sejati.
"Boleh kubunuh dia, bang?"

Tak perlu.
Dia tak cukup berharga untuk itu.

Why?


Dulu, kamu akan selalu memperhatikan aku.
Selalu mendukungku ketika aku jatuh, ketika aku dimusuhi, mengobati aku ketika aku sakit, menjagaku dan merawatku.
Kenapa aku kehilangan semua itu kini?

Kebiasaan Yang Sama


Dear Herlina,

Entah kenapa, setiap kita jalan bareng, pada akhirnya kegiatan yang kita lakukan hanya itu-itu saja.
Sarapan, main ke rumah Tami, makan, nonton bioskop, makan, belanja, makan, pinjam buku, makan.

Makan?

Ya, kita memang tukan makan, walaupun tak ada diantara kita yang rakus makannya.
Kalau pesan Es Krim, kita biasa ambil yang kecil dua buah atau pesan yang medium satu untuk berdua.

Sudah berbagai tempat kita jalani untuk makan.
Berbagai tempat yang aku tidak pernah bayangkan seumur hidup aku akan datang kesana.
Kamu pintar memilih menu makanan. Biasanya menu yang kamu pesan akan kulahap tanpa sisa.
Atau memang karena kamu udah terbiasa makan ditempat-tempat itu?
Jadi kamu bisa hafal mana yang enak?

Entahlah, tapi aku bersyukur bisa merasakan pengalaman itu bersamamu.
Foto ini diambil setelah kita foto bareng di studio. Seperti keinginanmu selama ini.

Yang Disangkal


Aku belum juga selesai.
Harapanku telah menjadikanku pengemis.
Karena aku telah memberikan cinta kepada orang yang salah,
Cinta yang disangkal.

Hari ini gelap,
Dan hari kemarin telah mati.
Ketika esok datang, begitu tegak dan bebas,
Seperti kebesaran para penguasa hari.
Kepada siapa akan diberikan hari-hari penuh kebanggaan itu?

Kau segalanya bagiku.
Tapi aku tak berarti apapun untukmu.

Jangan Hiraukan Aku?

Aku nggak tau,
sebenarnya ini mau menghina atau mau melecehkan
Atau pernyataan menantang
Atau memang ungkapan isi hati
Atau cuma bercanda?

"Jangan hiraukan aku"
Diikuti dengan "Aku sayang abang?"

Aku udah gila ya?

Ketika Tangisanku Tak Cukup Kuat Untuk Bisa Kau Dengar


Aku akan menjalani kehidupanku, seperti setiap hari adalah hari yang terakhir
Tanpa salam perpisahan, semuanya berlalu begitu cepat
Kini kau telah pergi, dan aku tak mampu berteriak cukup keras
Tidak, aku tak mampu menangis cukup keras agar kau dapat mendengarku saat ini

Aku akan membuka mata dan menyadari untuk yang pertama kalinya

Aku telah melepaskan genggaman tanganmu
Seperti seorang anak kecil yang melepaskan layang-layang miliknya

Lihatlah ia terbang ke langit

Lihatlah ia pergi ke balik awan
Tanpa alasan kenapa, aku tak mampu menangis cukup keras agar kau dapat mendengarku saat ini

Aku akan melihat kebelakang dengan kesia-siaan, aku melihatmu berdiri disana

Ketika yang tersisa hanya sebuah kursi kosong
Kini kau telah pergi, dan aku tak mampu berteriak cukup keras
Tidak, aku tak mampu menangis cukup keras agar kau dapat mendengarku saat ini 

Aku terbangun dari tidurku, Jam masih menunjukkan pukul 4.12 pagi.
Semua masih terasa seperti mimpi.
Aku mencoba menjalani kehidupanku, pekerjaanku seperti yang biasa kulakukan.
Seperti biasa dulu kau masih bersamaku, seperti waktu dulu kau masih mau berbagi denganku.
Tiap kali kudengar BBku berbunyi, kuharap aku akan mendapat kabar darimu.
Tiap kali kudengar HPku berbunyi, kuharap itu panggilan darimu.
Aku hanya bisa menghela nafas.
Tuhan, kuatkan aku. Sentuh hatiku. Pulihkan jiwaku.
Tuhan, jaga dia untukku.

Kenapa? Gak Pernah Lihat Paha Ya?


Kalau yang namanya udah ngantuk, memang apa-apa nggak ada yang enak. Gak ada yang lebih menyenangkan daripada kasur empuk, bantal yang nyaman dan waktu untuk tidur tanpa gangguan.
Pagi itu, aku benar-benar merasakan yang namanya in a need of a sleep. Ngantuk berat!

Kalau disuruh milih, mau tidur apa dikasih duit sekarung?

Jelas aja aku akan milih dikasih duit. Nanti duitnya bisa dibelikan tempat tidur baru atau buat nginap di hotel berbintang, buat tidur seminggu penuh. Hehehehehe...

Tapi pak dosen yang satu ini memang lebih menakutkan daripada monster-monster unyu (monster kok unyu?) yang sering nampil di sinetron-sinetron khas Indosiar. Ya iya lah, anak kecil aja nggak takut!.

Serius, serius...

Terpaksa hari itu aku harus hadir di kampus, karna pak dosen yang baik hati, secara mendadak dan demokratis membuat pengumuman bahwa akan ada ujian tengah semester di hari yang cerah dan indah (untuk tidur) itu.
Semalaman aku sibuk main game Need For Speed Underground. Udah nanggung coy, map nya udah pada ke-unlock. Kan cewe-cewe bahenol yang ada di game bisa pada kebuka semua tuh! (Jomblo akut mas...)

Nyampai kampus, kecepatan. Luar biasa. Untuk orang yang paling hobi telat sepertiku, itu udah prestasi membanggakan. Karna teman-teman juga pada belum datang, kupilih untuk datang ke kantin terdekat, mencari meja paling kosong dan nyaman. Untuk tidur tentu saja!

Aku tidak keberatan tidur dimana saja selama aku masih bisa tidur. Aku bisa tidur dalam posisi duduk, berdiri atau malah sambil jalan sekalipun. Tapi saat itu aku memilih tertidur dengan posisi duduk dan kepalaku tergeletak di meja. Pasrah dan rela. Mau berisik, berisik lah kalian semua.

Setelah kurang lebih 30 menit tertidur pulas, ditingkahi iler nakal yang berserakan membentuk peta kepulauan Indonesia, aku mendengar suara-suara ber-pitch tinggi didepanku. Cewek. Ada beberapa mahasiswi masuk ke kantin sambil bercanda ria, ketawa-ketiwi dan mengeluarkan polusi suara buat kaum yang ber-pitch rendah sejenis kami para pria.
Daaaaan..... diantara mereka ada sosok Herlina (uhuuyyy...).
Hari itu ia mengenakan kemeja putih dan rok jeans warna biru pudar. Cakep nya poll deh....
Dia duduk tepat dihadapanku.

Wah? Kok pagi-pagi udah ada rezeki nomplok nih?
Ada gunanya juga datang kecepatan nih
Dan setan mulai tertawa,  berbarengan dengan munculnya sepasang tanduk di kepala. Ho-ho-ho.
"Ada yang bening-bening, pas banget buat cuci mata dan ngilangin kantuk"

Kurogoh kedalam tas, sambil pura-pura masih tidur. Yap, ada pulpen. Sweet.
Dan yang terjadi berikutnya adalah sebagai berikut:
1. Aku jatuhkan pulpen.
2. Lirik kiri-kanan
3. Menunduk kebawah meja
4. Mencoba meraih pulpen
5. Jangan lupa sambil mata jelalatan kedepan.
6. Tidak nampak apa-apa
7. Time up! Naik lagi keatas.
8. Jatuhkan pulpen lagi
9. Kembali ke langkah 4 s/d 5, daannn...
10. KETAHUAN!

Sial, rupanya Herlina menyadari ada manusia mesum yang sedang usil dihadapannya.
Setelah kepalaku naik keatas meja, kulirik kiri-kanan, lalu lihat lagi kedepan dan aku melihatnya menatapku dengan pandangan sedingin es. Asli dingin. Sampai aku bergidik dibuatnya.

Sambil menatapku tajam, sebuah kalimat keluar dari mulutnya:
"Kenapa? Gak Pernah Liat Paha Ya?"
"Enak aja, emang pahamu udah mulus banget apa?"
"Kalau cuma ngeliat paha udah biasa, tau?"
"Paha ayam, paha kambing, paha kerbau..."
"Pulpenku jatuh tau, aku cuma mau ngambil"
"Lagian kamu anak baru jangan belagu ya? Baru paha doang..."

Sayangnya saudara-saudara, kecuali kalimat yang dicetak tebal diatas, tidak satupun kalimat yang berikutnya pernah terlontar hari itu.
I am busted...!
Tertangkap basah!
Seperti maling jemuran yang tertangkap di siang bolong dan pasrah digebukin massa.

"Mati aku..." pikirku dalam hati.

Ia langsung beranjak dari bangkunya dan meninggalkan kantin bersama teman-temannya.
Meninggalkanku yang terbengong-bengong gelagapan.
Tak ada lagi kata-kata yang bisa aku ucapkan untuk membalas kalimatnya.

Tapi beneran, kalimat itu sangat berkesan bagiku.
Sebab itulah kalimat pertama yang pernah diucapkan seorang Herlina padaku.
Cuma buat aku.
Sebuah makian.

Mie Bebek Dan Pelayan Yang Ramah


Dear Herlina,

Masih ingatkah foto ini?
Ini diambil ketika ketika hendak sarapan pagi, saat aku baru sampai Medan.
Aku sangat kelaparan dan mungkin bisa menelan apa saja.

Waktu itu kamu mengusulkan agar kita makan mie bebek saja. Aku lupa nama jalannya, tapi aku pasti masih ingat kalau harus disuruh kesana sendiri.

Saat makanan dihidangkan, pelayan melihat kita sedang mencoba berfoto bersama. Dengan ramah ia menawarkan untuk mengambil foto kita.
Waktu itu kita foto pakai BB lama mu ya?
Hasilnya memang tidak begitu bagus, tapi masih mendingan daripada kalau kita foto sendiri.

Porsi mie nya sendiri sungguh luar biasa.
Bahkan kalau kita makan semangkuk berdua, masih tidak habis.  
Super Duper Jumbo!!!

Setelah makan, waktu pembayaran tiba, dan aku terbelalak menatap tagihan yang harus kita bayar.
WTF!!!!
Untuk dua mangkuk mi dan dua gelas teh harus membayar 100 ribu? Memangnya semangkuk berapa?

Kamu cuma tertawa, dan bilang, kalau kemarin saat makan disitu, kamu ditraktir. Jadi kamu tidak tahu berapa sebenarnya harga semangkuk mie bebek nya.

Ada ada saja.

Photobox


Dear Herlina,

Lihat sayang...
Lihat betapa cantiknya kamu bersanding dengan makhluk buas disebelahmu.
Kalau teman-temanku liat foto ini, biasanya komentar yang muncul adalah:
"Wah... foto pemburu dan hasil buruannya..."

Suatu waktu, kamu ingin sekali foto bareng denganku di studio foto.
Katamu "Orang lain punya foto sama cowoknya, masa aku nggak bisa?"
Ini nih, yang bikin aku males.
Aku males difoto.
Bukan, bukan, aku malas kalau foto di studio, pakai stel gaya-gaya, di make-up dll.
"Yak senyumnya mana?"
"Mana Ekspresinya? Manaaaaa...?"
Lebay ah.

Nah, kebetulan nemu photobox di Sun Plaza nih.
"Kalau fotoan disini aja gimana?"
Aku melihat sudut bibirmu udah ketarik kebawah.
Kalau nggak ngambek, gak sampai lima menit pasti nangis nih anak. Pikirku dalam hati.
Tapi mengejutkan,
"Ya sudah, disini juga boleh", jawabmu.
Kenapa kamu begitu pengalah?

Pret.. pret...pret... Yak. 4 kali foto. Selesai dah.
Lantas hasil fotonya kamu scan, file nya kamu kirimkan padaku.
Bahkan foto yang asli juga kamu kasih ke aku.
Alasanmu, "Aku sudah punya file scan nya, bisa dicetak kapan saja, kan?"

Sampai saat ini foto ini masih ada di dompetku (dan sudah ada disana selama 2 tahun) bersama foto-fotomu yang lain, termasuk sebuah pas foto saat kamu berfoto menjelang wisuda.

Masih ingat?
Hasil pas foto yang pertama, matamu tertutup sebelah.
Kamu sangat kesal dan merajuk seharian.
Supaya ngambek nggak berkepanjangan, aku mengedit hasil cetakannya dan kucetak ulang, walaupun akhirnya kamu kembali pergi berfoto (dan kali ini hasilnya sempurna) untuk pas foto ijazah mu.

Aku juga pernah bilang akan membakar semua foto ini saat kita bertengkar.
Aku bohong sayang.
Foto itu tidak pernah kubuang.