Schön.
Masih tentang sosok yang menurutku misterius ini. Seorang yang hanya bisa berkomunikasi denganku lewat dunia maya. BBM, twitter atau facebook. Aku tak punya nomer HP nya. Dan aku memang tidak pernah bertanya.
Schön adalah seorang Mancunian (paling tidak begitu mereka menyebutnya). Seorang fans klub Manchester United dan penggemar berat Robin van Persie. Heran. Padahal baru musim ini van Persie pindah ke MU.
Dia memanggilku Liverpudlian. Karna aku adalah fans Liverpool. Musuh terbesar MU di Inggris.
I love this girl.
Jangan salah. Cinta yang kumaksud bukan cinta picisan dengan embel-embel saling memiliki. Mungkin terlalu dini untuk disebut sahabat karib. Atau best friend. Bukan.
Ini sesuatu yang lebih dari itu. Sebuah hubungan yang saling menopang. Saat kami berdua mengalami beban berat.
This is True Love.
Mengasihi tanpa harus memiliki. Sebuah kasih antara dua manusia. Kebetulan saja aku laki-laki, dia perempuan. Kalau dia laki-laki pun, aku akan tetap mengasihinya.
Schön punya kelebihan yang menurutku luar biasa. Dia bisa mengenali karakter seseorang, amat terperinci. Bahkan hanya lewat foto. Aku sudah mengujinya. Dia bisa mengenali karakterku, luar-dalam, tanpa ada kesalahan sedikitpun. Padahal, dia sama sekali tidak mengenal aku sebelumnya. Rupanya inilah penyebab kenapa aku merasa sangat dekat dengannya. Seperti melihat diriku sendiri. Bukan. Dia bukan kembaranku, atau sisi lainku sebagai perempuan. Dia yang memahami karakterku. Aku bahkan tidak mengetahui apapun tentangnya.
Dia pernah memintaku mengujinya. Caranya, aku kirimkan foto adikku sendiri padanya. Rasanya ajaib, dia bisa memahami karakter adikku, yang sama sekali dia tidak kenal, lihat atau pernah berjumpa. Hanya lewat 3 kata. Luar biasa.
Schön juga pernah menilai karakter Herlina.
Apa katanya?
Herlina benci cinta dan galau. Makanya selalu ragu-ragu.
Herlina bilang warna favoritnya adalah coklat. Padahal seharusnya Herlina memilih biru langit dan hijau.
Kenapa?
Agar dia bisa berdamai pada hati dan jiwanya, agar tidak gelisah terus.
Agar dia bisa memutuskan dengan damai dan tepat apa yg nanti tidak akan disesalinya disepanjang hidupnya
Herlina. Kamu terus dilanda gelisah. Jiwamu tidak tenang, Kamu cuma sok kuat.
My color is brown.
Awal keterpurukan dan aku terlalu terfokus pada hal-hal yang ada dibelakangku.
Syukurlah bukan warna ungu. Warna homo. :p
I wonder, what's my color in the next 92 days?
Hari #08 - A Liverpudlian And A Mancunian
Thursday, April 18, 2013
100 Hari Menunggu Cinta