Kemarin adalah hari yang benar-benar nggak enak.
Kehujanan. Kemalaman. Lapar.
Aku baru aja pulang kerja. Naik motor dalam perjalanan menuju ke mess, sambil dengarin lagu lewat headset. Dering telpon menyela lagu.
Aku nggak liat siapa yang telpon, tapi langsung angkat dan bilang "Halo.."
Tak ada jawaban dari seberang. Yang kudengar cuma suara tangisan. Sedih dan menyayat hati.
Aku kenal suara itu. Suara Herlina.
What the...? Apa yang terjadi?
"Kamu kenapa?", tanyaku.
Dia masih terus menangis.
Kuhentikan motorku, mencari tempat berteduh, dan mengulangi pertanyaanku.
Butuh waktu beberapa menit sampai aku mendapat jawabannya.
Dia bertengkar dengan adiknya, dan mendapatkan sebuah pukulan di kepala.
Demi Tuhan, saat itu yang terpikir di kepalaku hanyalah secepatnya datang kesana, melihat keadaannya, dan segera membuat perhitungan. Laki-laki kok main pukul sama perempuan?
Speaking of that, yeah, aku juga pernah gitu. Dan aku sama sekali nggak bangga dengan perbuatanku.
Kurang lebih sejam, barulah aku berhasil menenangkannya. Tapi hatiku masih panas.
Kalau aja dia bukan adikmu, udah kuhanyutkan dia di sungai dengan kondisi tercabik-cabik.
Anyway, aku lanjutkan perjalanan, dan sampai di mess, sebuah berita buruk datang lagi.
Seorang saudaraku mengalami tabrak lari dan sekarang sedang dirawat di klinik.
Pikiranku masih bercabang.
Apakah Herlina baik-baik saja?
Apakah pertengkaran disana sudah selesai?
Dia gak kenapa-kenapa kan?
Supaya pertengkaran gak berlanjut, aku memutuskan untuk memberitahu mama Herlina.
Kukirimkan SMS, minta supaya nantulang secepatnya pulang.
Aku agak lega. Paling tidak aku sudah bisa memastikan, dia nggak bakal dipukul lagi.
Kujenguk saudaraku, dan syukurlah, kondisinya sudah stabil.
Cuma luka ringan di beberapa tempat, meskipun harus scan kepala untuk memastikan otaknya tidak apa-apa. Tidak ada tulang yang patah. Syukurlah.
Sambil menunggu kabar dari dokter, aku keluar, pikiranku tetap tidak bisa tenang.
Sampai muncul SMS dari Herlina.
Isinya menyalahkan aku karena memberitahu mama nya kalau terjadi pertengkaran dirumah.
Aku tidak bisa berkata-kata lagi.
"Buat apa ngasih tau mama?"
"Siapa lagi yang udah kamu kasih tau?"
"Kakek Nenek ku?"
"Ayahku?"
"Pamanku?"
"Mamaku menyebutku perempuan murahan karena udah ngadu sama kamu. Ingat, kamu bukan siapa-siapa ku lagi"
Aku bukan siapa-siapa lagi?
Benar.
Tapi kenapa kamu ngadu sama aku?
Kalau kamu ngadu sama aku, kamu lantas jadi perempuan murahan?
Lalu? Kepada siapa lagi kamu bisa mengadu?
Ah, shit... Serba salah.
Hari #53 - Serba Salah
Sunday, June 02, 2013
100 Hari Menunggu Cinta