Beautiful, Nice, Good, Lovely, Pretty, Fine
Dia adalah teman satu sekolah di SMU dulu. Selama masa sekolah, aku tidak pernah berbicara langsung padanya. Jadi kami bisa dibilang cuma teman satu sekolah, karena walaupun aku memang kenal wajahnya, dia sendiri tidak ingat siapa aku.
Waktu iseng buka grup teman-teman SMU di Facebook, aku menemukan profilnya. Ku-add, dan dia pun confirm friendship.
Beberapa hari terakhir aku suka memperhatikan status-statusnya di FB. Unik dan misterius. Itu kesan pertama yang aku dapatkan tentang dia. Dan kuperhatikan, beberapa statusnya di post lewat twitter. Kebetulan aku juga sedang senang main Twitter. Ku follow twitternya dan dia pun follow back twitterku.
Post nya sering bergaya puisi, atau kadang-kadang mirip-mirip dengan lirik lagu. Dan aku penasaran dengan ceritanya. Apa yang tersembunyi dibalik post si Schön ini?
Lewat BBM, kami bertukar cerita, dan banyak hal baru yang kupelajari darinya.
Awalnya aku cuma penasaran apa arti nickname-nya: Schön. Tapi dasar anak gendeng, bukannya ngasih tau artinya, aku malah disuruh cari sendiri. Terpaksalah memanfaatkan jasa Google Translate.
Yang unik, meskipun di sekolah dulu tidak pernah berbicara atau bertegur sapa, dan sudah tidak bertemu hampir 12 tahun, kami langsung nyambung. Obrolan kami tidak pernah kaku atau garing. Seperti orang yang sudah kenal dekat bertahun-tahun. Seperti berbicara dengan diri sendiri. Dia seperti kembaranku.
Sepertinya dia sangat mengenal siapa aku, dan sangat mengerti isi hatiku. Bahkan sebelum aku bilang apa-apa.
"Aku seperti menemukan diriku, dalam wujud perempuan. Sisi lainku."
Schön adalah seorang Mancunian (paling tidak begitu mereka menyebutnya). Seorang fans klub Manchester United dan penggemar berat Robin van Persie. Heran. Padahal baru musim ini van Persie pindah ke MU.
Dia memanggilku Liverpudlian. Karna aku adalah fans Liverpool. Musuh terbesar MU di Inggris.
I love this girl.
Jangan salah. Cinta yang kumaksud bukan cinta picisan dengan embel-embel saling memiliki. Mungkin terlalu dini untuk disebut sahabat karib. Atau best friend. Bukan.
Ini sesuatu yang lebih dari itu. Sebuah hubungan yang saling menopang. Saat kami berdua mengalami beban berat.
This is True Love.
Mengasihi tanpa harus memiliki. Sebuah kasih antara dua manusia. Kebetulan saja aku laki-laki, dia perempuan. Kalau dia laki-laki pun, aku akan tetap mengasihinya.
Schön punya kelebihan yang menurutku luar biasa. Dia bisa mengenali karakter seseorang, amat terperinci. Bahkan hanya lewat foto. Aku sudah mengujinya. Dia bisa mengenali karakterku, luar-dalam, tanpa ada kesalahan sedikitpun. Padahal, dia sama sekali tidak mengenal aku sebelumnya. Rupanya inilah penyebab kenapa aku merasa sangat dekat dengannya. Seperti melihat diriku sendiri. Bukan. Dia bukan kembaranku, atau sisi lainku sebagai perempuan. Dia yang memahami karakterku. Aku bahkan tidak mengetahui apapun tentangnya.
Dia pernah memintaku mengujinya. Caranya, aku kirimkan foto adikku sendiri padanya. Rasanya ajaib, dia bisa memahami karakter adikku, yang sama sekali dia tidak kenal, lihat atau pernah berjumpa. Hanya lewat 3 kata. Luar biasa.
Schön juga pernah menilai karakter Herlina.
Apa katanya?
Herlina benci cinta dan galau. Makanya selalu ragu-ragu.
Herlina bilang warna favoritnya adalah coklat. Padahal seharusnya Herlina memilih biru langit dan hijau.
Kenapa?
Agar dia bisa berdamai pada hati dan jiwanya, agar tidak gelisah terus.
Agar dia bisa memutuskan dengan damai dan tepat apa yg nanti tidak akan disesalinya disepanjang hidupnya
Herlina. Kamu terus dilanda gelisah. Jiwamu tidak tenang, Kamu cuma sok kuat.
My color is brown.
Awal keterpurukan dan aku terlalu terfokus pada hal-hal yang ada dibelakangku.
Syukurlah bukan warna ungu. Warna homo. :p
I wonder, what's my color in the next 92 days?