Hari #100 - Hari Terakhir

Hari #99 - Satu Hari Lagi

Hari #98 -

Hari #97 -

Hari #96 - Aku Siap

Day 96

Waktunya sudah dekat.
Aku harus siap. Dan aku sudah siap.
Apapun hasilnya, apapun yang akan terjadi.

Semoga penantian ini tidak sia-sia.
Semoga aku bisa belajar sesuatu dari sini.
Aku harus mempelajadi sesuatu yang berharga, dibalik semua kejadian yang terjadi selama ini.
Pasti ada hikmahnya.
Mengajari aku semakin bijaksana.
Bertumbuh dan semakin dewasa.

Learn by doing.

Sisa waktu 4 hari lagi.
Aku siap.

Hari #95 - Bahagia Itu Kita Yang Buat

Maaf bila kadangkala aku merasa cemburu
kalau memikirkan bahwa ada orang lain yang bisa membuatmu lebih bahagia daripada aku.
Mungkin rasa takutku yang membuatku bertingkah aneh.
Karena aku tahu, aku bukan orang yang ter-ganteng, ter-pintar, dan ter-menyenangkan.

Tapi aku tahu bagaimanapun juga,
sekeras apapun kau mencari
selama apapun kau mencari
Kau tidak akan menemukan seseorang yang mencintaimu seperti aku.

Uang tidak memberiku kebahagiaan.
Percayalah. Aku pernah punya itu.
Kecantikan tidak memberiku kebahagiaan.
Percayalah. Aku tetap mencari yang lebih.

Yang kuinginkan sebenarnya sederhana.
Aku ingin bahagia.
Tapi aku terus dan terus mencari.
Sementara yang kucari ada didepan mataku.

Bahagia itu tidak dicari.
Bahagia itu tidak perlu ditemukan.
Karena sebenarnya bahagia itu datang dari diri sendiri.

Santa Agatha


Santa Agatha.
Hari perayaan 5 februari.

Santa Agatha lahir dan wafat di Sicila sebagai martir.
Dalam kisah hidup Santa Agatha, dikisahkan bahwa Santa Agatha berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Ketika Santa Agatha masih muda, ia mengabdikan hidupnya untuk Tuhan dan menolak setiap pria yang ingin menikahinya atau menginginkan kecantikannya. Salah satunya adalah Quintian, yang berasal dari keluarga kelas atas, merasa mampu memaksa Santa Agatha untuk menuruti keinginannya.

Quintian mengetahui bahwa Santa Agatha adalah seorang Kristen (pada masa itu orang-orang Kristen diburu dan dianiaya), dan ia menangkap Santa Agatha dan menghukumnya. Quintian berharap Santa Agatha menyerah saat ia dihadapkan dengan penyiksaan atau mungkin kematian, namun Santa Agatha justru menguatkan keyakinannya kepada Tuhan dengan berdoa.
“Yesus Kristus, Raja segala raja, Engkau melihat hatiku, Engkau mengetahui permohonanku. Aku sepenuhnya milik-Mu. Aku dombamu: kuatkanlah aku mengalahkan setan.”

Dikisahkan bahwa Quintian mengurung Santa Agatha di rumah pelacuran agar Santa Agatha merubah keputusannya. Quintian membawa Santa Agatha kembali setelah Santa Agatha menderita selama sebulan dalam penyiksaan, pemerkosaan dan penghinaan dalam rumah pelacuran itu, namun Santa Agatha tidak pernah bimbang imannya, tetap menyerukan bahwa kebebasannya berasal dari Yesus.

Quintian kemudian memasukkan Santa Agatha ke dalam penjara dengan maksud untuk lebih nenakuti Santa Agatha, tetapi malah justru sepertinya ini merupakan pembebasan bagi Santa Agatha. Ketika Santa Agatha tetap mempertahankan imannya kepada Yesus, Quintian menyiksanya. Quintian sama sekali menolak tindakan pengobatan untuk luka penderitaan Santa Agatha tetapi Tuhan memberikan semua kekuatan yang dibutuhkan Santa Agatha melalui penglihatannya terhadap Santo Petrus. Setelah menderita siksaan yang begitu berat, Santa Agatha wafat setelah berdoa terakhir kalinya.
“Tuhan Pencipta, Engkau telah melindungiku sejak aku lahir. Engkau telah membawaku dari segala cinta dan memberiku kesabaran ketika aku menderita. Terimalah jiwaku.”

Karena salah satu siksaan yang diyakini diderita Santa Agatha adalah: payudaranya disayat, Santa Agatha sering digambarkan sedang membawa payudaranya diatas sebuah piring. Ada pemikiran bahwa berkat roti yang berlangsung pada hari perayaan Santa Agatha mungkin berasal dari pengartian yang keliru: bahwa Santa Agatha sedang membawa potongan roti.

Hari #94 - Boleh Menunggu 100 Hari Lagi?

Hanya tersisa 6 hari lagi menuju hari terakhir dalam 100 hari menunggu ini.
Rasanya bercampur baur.
Ada rasa senang, cemas, bersemangat tapi juga takut.
Seperti apa keadaan nanti?
Apa yang akan terjadi setelah masa "karantina" ini selesai?

Apakah akan ada jawaban atas semua ini?
Apakah akan berakhir bahagia?
Seperti yang selalu kuharapkan?
Atau sebaliknya?

Bila akhirnya bahagia, akankah kuteruskan menulis?
Bila akhirnya sebaliknya, akankah juga kuteruskan menulis?
Menulis apa?
Semakin banyak galau?

Atau sebaiknya aku berpura-pura lupa saja dan terus membiarkan seolah-olah 100 hari ini belum selesai?
Apakah aku sudah terbiasa dalam situasi seperti ini?
Apakah aku suka menunggu?

Dulu, Kemudian dan Sekarang


Dulu, ketika aku menyukaimu,
Aku ingin memilikimu untuk egoku sendiri.
Kemudian, ketika aku menyayangimu,
Aku ingin sekali membuatmu bahagia dan bukan untuk diriku sendiri.
Sekarang,
Aku akan melakukan apapun untuk kebahagiaanmu, walaupun aku harus mengorbankan jiwaku.

Dulu, ketika aku menyukaimu,
Aku ingin menciummu.
Kemudian, ketika aku menyayangimu,
Aku ingin memelukmu.
Sekarang,
Aku hanya ingin menggenggam erat tanganmu.

Dulu, ketika aku menyukaimu,
Saat kau menangis aku akan bilang "Sudahlah, jangan menangis..."
Kemudian, ketika aku menyayangimu,
Saat kau menangis aku akan menangis bersamu.
Sekarang,
Saat kau menangis aku akan diam dan membiarkanmu menangis dibahuku.

Dulu, ketika aku menyukaimu,
Aku selalu bilang kalau kamu cantik.
Kemudian, ketika aku menyayangimu,
Aku melihatmu bukan dengan mataku, tapi dengan hatiku.
Sekarang,
Buatku kamu adalah anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan padaku.

Dulu, ketika aku menyukaimu,
Pada saat kau membuatku kesal, aku akan marah dan tidak mau bicara padamu.
Kemudian, ketika aku menyayangimu,
Pada saat kau membuatku kesal, Aku akan menangis untukmu.
Sekarang,
Pada saat kau membuatku kesal, aku hanya berfikir, kau hanya tak tau apa yang kau lakukan.

Dulu, ketika aku menyukaimu,
Aku memaksamu untuk menyukaiku.
Kemudian, ketika aku menyayangimu,
Aku membiarkanmu memilih.
Sekarang,
Aku akan selalu menantimu.

Dulu, ketika aku menyukaimu,
Aku akan menemanimu bila aku punya waktu.
Kemudian, ketika aku menyayangimu,
Aku akan menemanimu bila kau memerlukan aku.
Sekarang,
Aku ingin menemanimu tak perduli bagaimana pun keadaanmu.

Dulu aku menuntut.
Kemudian aku memberi dan menerima kembali.
Sekarang aku ingin memberi dengan rela.
Bukankah aku sudah melewati ketiga tahapan ini?
Bukankah aku sudah belajar banyak tentang ketiga hal ini?
Karena Sekarang aku mencintaimu.

Hari #93 - Kehilangan Bulan

Jangan pernah mengabaikan orang yang mencintaimu,
Jangan pernah mengacuhkan orang yang peduli padamu,
karena suatu hari, kamu akan sadar kalau kamu telah kehilangan bulan ketika sibuk menghitung bintang.


Ada jutaan bintang di langit
Kau tidak akan punya waktu dan kesempatan untuk menghitung segalanya
Ia memang indah dan bersinar cerah
Dan sungguh akan sangat menarik bila bisa memiliki segalanya.
Tapi bulan tidak pernah absen dimalam hari.
Seburuk apapun rupanya, ia setia memantulkan cahaya matahari untukmu.

Ia selalu ada.

Hari #92 - One Life One Chance

Bagaimana jika aku berkata,
"Aku adalah sebuah kecelakaan yang menunggu untuk terjadi"

Aku jatuh akibat kata-kataku sendiri.
Kau akan ikut berkata bahwa aku salah.
Kata-kataku tidak pada tempatnya,
dan aku berada di tempat yang tidak seharusnya.

Bagiku, ini adalah fakta
Tapi fiksi memainkan perannya sendiri.
Membuat situasi semakin membingungkan dan tak dapat kukendalikan
Inti dari materi, yang berdetak dengan kebanggaan.

Tak ada yang pernah bilang hidup itu mudah
Dan aku tidak takut mencoba
Dengan peluang yang disematkan padaku, aku harus berjuang
Satu Hidup,
Satu Kesempatan,
Lakukan dengan Benar!

Aku tidak bisa membiarkan nasib mendikte apa yang terbaik untukku
Aku harus mengambil kendali akan takdirku sendiri.
Semua berkata, tidak ada jalan keluar,
Tapi aku punya segalanya untuk dipertaruhkan
Akan kubuktikan kalau kalian salah
Satu Hidup,
Satu Kesempatan,
Lakukan dengan Benar!

Pinkping

 

Makhluk jelek berwarna pink itu namanya Pinkping. I hate it and gratefully thank it.
Ya. Aku benci dia sekaligus berterima kasih padanya.

Lho? Kok?

Dia adalah boneka yang kubelikan untuk Herlina waktu aku datang ke Medan.
Hari itu tepat sehari sebelum hari Valentine.
And guess what?
Aku nggak bawa apa-apa.
No Coklat. No Present. Nothing
Saya adalah pacar yang buruk. Jangan dicontoh yah...
Buat para cowok, ingatlah, selalu mempersiapkan hadiah yang tepat untuk orang yang kamu sayangi, terutama di hari-hari istimewa. Terutama hari ulang tahun, hari valentine, atau hari jadian. Atau hari apalah.
Membeli di hari-H, terutama membeli bersama orang yang ingin dibelikan bukan ide yang bagus.

Hari itu, kami memilih untuk jalan-jalan di mall aja.
Nah, pas selesai muter-muter jalan sana jalan sini, kulihat matanya tertuju pada sebuah boneka yang terpajang di etalase sebuah toko. (Maksudnya ya si jelek yang jadi judul cerita ini lah...)
Sekali lewat, matanya tertuju kesitu. Dua kali lewat, matanya masih tertuju kesitu.
Ketiga kalinya, sebelum matanya melirik kesitu, aku langsung nanya,
"Mau?"
"Mau apa bang?" tanyanya
"Ya, itu." jawabku sambil menunjuk ke arah boneka itu.
"Gak ah. Emang aku anak kecil, main boneka?" jawabnya lagi.

Aku anggap itu sebagai jawaban iya.
Kugamit tangannya dan kuajak masuk ke toko.
"Pilih deh yang kamu suka" ujarku.
(Mulut sih sok jago, tapi dalam hati udah ngitung-ngitung, ntar ongkos pulang masih ada nggak ya?)
Ia menatapku, entah apa maksud tatapannya itu.
Tapi tetap saja, sepertinya ia maklum, kalau isi sakuku udah nggak kuat seandainya ia memilih boneka yang gedenya segede anak gajah. (Bener, ada lho, boneka yang bahkan lebih gede dari pesumo jepang)

Ia menunjuk boneka pinguin berwarna pink itu.
"Ini mau?" tanyaku
Ia hanya mengangguk. Tanda setuju.
Dan boneka itu berpindah ke tangannya.

Kami memberinya nama Pinkping.
Pink, karena warnanya pink, dan Ping singkatan dari pinguin. Jadi pinguin berwarna pink.
Aku membencinya karena dia setiap malam tidur dengan kekasihku.
Aku cemburu!
Aku juga pengen, tau!

Tapi aku berterima kasih padanya, karena setiap kali Herlina punya masalah, cuma Pinkping yang jadi temannya bercerita. Cuma Pinkping yang selalu bersedia untuk dipeluk.
Tiap kali kami bertengkar, Pinkping lah sahabatnya tempat menangis.
Tiap kali aku menjadi egois, Pinkping lah tempatnya mengadu.
Tiap kali ia merindukanku, ia akan memeluk Pinkping-nya.

"Bonekanya kan si pingpink"
"Wajar aku cerita sama dia"
"Hanya dia yang bisa ku peluk di saat aku mau nanggis begini"
"Karena ujung-ujungnya abang pasti akan selalu menyalahkan aku"
"Mendinglah aku menanggis sendiri bang"
"Dari tadi aku pengen meluk seseorang tapi siapa bang???"
"Abang jauh kali"
"Gak ada lagi yang bisa aku percaya bang"
"Kecuali abang"

Maafkan aku sayang.
Aku memang egois.

Beberapa bulan yang lalu, kudengar kalau Pinkping sudah hancur.
Tangannya putus dan beberapa bagian sudah berlubang.
Kalau Pinkping makhluk hidup, sih, sudah bisa dikategorikan mati.
Terima kasih Pinkping.

Sendiri

Hidup pasti akan terasa kosong, bila kamu menjalaninya dalam kebohongan.
Akan terasa asing bila segala sesuatu harus disembunyikan dan tidak ada yang dapat ditunjukkan dari dirimu sendiri.
Apakah kamu belum mempelajari apapun selain belajar bagaimana caranya menghancurkan?
Segala hal yang disukai oleh sahabatmu tapi entah kenapa tidak bisa kamu tinggalkan.

Suatu saat, hal itu akan menghantam tepat diwajahmu.
Memberitahukan kepadamu bahwa umurmu bukan lagi enam belas tahun.
Suatu hari, orang-orang yang tadinya sangat ramah dan terbuka akan mengunci rapat-rapat pintunya ketika melihatmu datang.

Orang yang mendengarkanmu akan cemas.
Bahkan sahabat yang sudah mengenalmu sejak kecil.
Saat itulah kamu akan menyesal, tapi kamu tidak akan dapat merubah apapun.
Tidak akan mampu mengubah apapun yang sudah kamu lakukan.

Suatu saat, hal itu akan menghantam tepat diwajahmu.
Ketika benih yang kamu tabur akhirnya siap dituai.
Akankah kamu akan mencari tanah lain untuk ditaburi benih?
Apakah kamu masih membutuhkan ruang lain untuk bertumbuh?
Sampai saat itu tiba, kamu akan tetap sendiri.

Your trust was bought and sold you're all alone

Dengarkanlah

Dengarkanlah segala yang berkata "Seharusnya tidak..."
Dengarkanlah segala yang berkata "Sebaiknya tidak..."
Dengarkanlah segala yang berkata "Jangan..."
Dengarkanlah segala yang berkata "Tidak mungkin..."
Dengarkanlah segala yang berkata "Tidak akan..."
Dengarkanlah segala yang berkata "Tidak pernah..."

Dan dengarkanlah aku lekat-lekat...
"Segalanya mungkin, kekasih... segalanya mungkin saja..."

Aku Dan Lucille

Aku punya sebuah gitar bass.
Lebih tepatnya sih, minjam.
Aku meminjam sebuah gitar bass dari sahabatku.
Sebuah gitar bass berbahan kayu mahogani warna coklat muda.
So sexy yet so powerfull stuff, dude...

Karna aku suka memberikan nama julukan untuk barang-barang milikku, aku ingin juga memberikannya nama buat gitar bass ini. (Biar minjam asal dirawat...)
Yang terpikir di kepalaku saat itu adalah sebuah komik karangan Harold Sakuishi: Beck.
Komik yang bercerita tentang sekelompok anak muda bertalenta di bidang musik dan dikenal seluruh dunia lewat musik yang mereka mainkan.
Didalam cerita, si gitaris gondrong mempunyai sebuah gitar legendaris, yang di body-nya tuh gitar penuh lubang peluru. Lubang bekas tembakan. Namanya Lucille.

Well, kuberi nama gitar bass ini juga Lucille.
Sebuah nama cewek.
Karena aku juga kepengen ada cewek yang nemanin aku tidur (wohooo... maunya...)
Cuma Lucille yang bisa kupeluk setiap malam.
Kubelai dan kubersihkan tiap kali aku ada waktu luang.

Aku menyedihkan.

@Fredrik : Thanks for the bass, dude. Aku jaga dan rawat baik baik kok. Sori, aku ngasih dia nama seenak jidatku. Kalau gak senang, kasih nama lain aja. Weee..

Aku Selalu Ada Disini


Jika saja aku bisa membekukan waktu,
Sedikit saja waktu yang pernah aku miliki
Waktu yang pernah kita lalui bersama
Mungkin aku bisa percaya kalau dunia ini tidak akan pernah berakhir

Sayangnya, kebenaran itu pahit
Dan aku bahkan tidak mampu memikirkan kata-kata yang sesuai untuk menggambarkan perasaanku saat ini.
Aku merasa dalam sebuah buku penuh kata pun tidak akan cukup bagimu untuk mengerti
Mungkin, dan mungkin saja aku hanya bisa menyampaikannya lewat serangkaian surat

Tidak ada hal yang akan tetap sama
Segalanya akan berubah, dan perubahan itu menuju sesuatu yang lebih baik
Saat kau mengatakannya,
Aku tahu bahwa kau mengatakan hal yang sebenarnya
Meski kadang aku melihat keheningan dimatamu
Mata yang pernah paling kupuja

Bila memang harus hancur, biarkan segalanya hancur
Bila nanti segalanya harus berakhir, biarlah kumulai dari dirimu
Aku akan terus belajar
Aku akan memahaminya sebagaimana kamu juga akan terus belajar

Aku harap kau pun tahu
Aku juga merasa takut
Sama takutnya dengan semua orang yang melakukan hal ini
Tapi aku tidak mau menyerah begitu saja

Kaulah yang mengambil alih hidupku,
dan memutar balikkan arahnya
Kau meletakkan kakiku kembali ke tanah,
ketika keangkuhan melambungkan aku

Aku berhutang padamu, selamanya...
Aku selalu ada disini

Hari #91 - Salam Rindu Untuk Kakek

"... Molo olo do ho mangalean rohamu tu ulaon nangpe tu angka harajaonmu, pos ma roham, ikkon dapotonanmu do rokkap mi di ari na dipatuduhononku tu ho. Ingot ma, unang sai pikkiri sude na masa i. Ulaon ma songon na hutonahon tu ho, asa tarbarita goarmi..."

Bagaimana mungkin aku tidak memikirkannya?
Dia sumber semangatku.
Dia sumber kekuatanku.
Dia motivator terhebatku.
Aku percaya tidak ada yang mustahil di dunia, selama Tuhan berkehendak.

Tapi saat ini, aku dalam titik terendah dalam hidupku.
Aku ingin bangkit dan naik lagi mencapai titik yang lebih tinggi.
Jauh lebih tinggi dari yang sudah pernah kucapai.

Aku merindukanmu, oppung.
Aku iri pada mereka yang masih bisa melihat dan bertemu kakeknya.
Setiap kali aku melihat dia, sesingkat itu pula aku akan teringat padamu.
Sungguh seperti itukah oppung menyukai dia?
Aku pasti akan melakukan yang terbaik yang aku bisa.
Tapi akan lebih baik lagi, kalau aku bisa bersama orang terbaik yang pernah aku temui.

Aku merindukanmu, oppung.

Terintimidasi



Ia merasa bingung
Merasa hidupnya salah

Saat-saat emosional sepertinya memakan waktu yang cukup lama
Setiap pertengkaran yang pernah terjadi
Kata maaf yang kuucapkan
Ketika harga dirinya seperti terbantah

Setiap malam yang harus dilewatinya dengan menangisi diri
Sampai ia tak lagi mengenali dirinya di cermin
Ia terintimidasi keadaan
Mencoba membenarkan yang salah

Percayalah,
Ia hanya merasa bingung.

Hari #90 - Y L

Kenapa aku tidak pindah ke Medan?

Buat apa aku pindah ke Medan?

Ya karena lebih enak kerja di medan, kali...

Di Medan dan dimana saja buatku sama saja.
Dan kenapa aku harus ke Medan?
Kenapa tidak disini saja?
Gak ada gunanya lagi aku pindah ke Medan.

Segala sesuatu itu ada gunanya.
Ya sudahlah. Gak usah dibahas lagi.
Sayang sekali ya?

Sayang sekali kenapa?

<No Answer>


Y dan L seharusnya bersama.
Tapi saat ini, diantar Y dan L sudah ada spasi yang memisahkan.

Spasi kan bisa di delete?

Memang.

Emmmm
Yakin?

Apa warna langit?

Biru

Yakin?

Yakin

Seperti itu juga aku yakin.

Hari #89 - Siapa Imel?

Imel itu siapa ya?

Emang kenapa dengan Imel?

Iya, dia siapa?
Kayaknya dia ada hati itu sama kamu

Kenapa kok bilang begitu?

Iya.
Jarang ada teman ce yang membela teman co nya kalau dia nggak ada maunya.

Benarkah?
Jadi semua cewek kalau baik sama cowok pasti ada maunya ya?
Dan darimana kamu kenal Imel?

Panjang ceritanya.
Ya intinya dia kayaknya suka sama kamu.

Kayaknya kan?

Sok tau kamu.
Hehehehehehe...

Kapankah Akhirnya?


Aku menyaksikan diriku sendiri kembali ke tempat dimana semua ini berawal
Ditempat yang sama dimana ini berujung
Tapi kapankah akhirnya?

Benarkah kehidupan kita begitu sengsara?
Bagaimana bisa kita berdua hanya memikirkan diri sendiri?
Tak ada lagi kata yang dapat diucapkan, mungkin aku sudah tidak sengaja menelan lidahku.

Dan dalam perjalanan pulang, aku hanya bisa menatap jalan dibelakangku
Kembali lagi, dan lagi, mengulang kesalahan yang sama
Sulit kuhindari.
Bila kau hadir, mungkin aku tak dapat lagi ditemukan.

Andai kau bisa membangun tembok untuk mendiamkan aku, agar kau bisa memilih
Bila aku harus mengikuti apa kenginanmu, akankah kau akan memutus rantai ini?

Aku terus berjalan menyusur kota
Malam semakin beranjak berganti pagi

Update 07.07.2013

01. Seluruh Menu Utama sudah bisa diakses.
02. Penggantian warna Bottom Footer dari coklat tua ke abu-abu kehitaman.
03. Cloud Tag pindah ke sidebar
04. Seluruh Pages sudah punya link permanen
05. Font untuk Bottom Footer diperkecil 1px

Dasarnya Memang Cantik


Masih ingat foto ini?
Aku menemukannya didalam laptopmu, di sebuah folder yang bernama "Cie Uchi".
Nama yang lucu, menurutku.
Waktu itu kamu memintaku untuk mengedit foto milikmu untuk dijadikan wallpaper laptop.
Aku memilih foto yang ini.
Aku suka.

Waktu kamu masuk kelas dan kuliah, aku pindah ke kelas sebelah untuk mengedit fotomu.
Setelah selesai kuliah, kamu melihat hasil akhir editannya, aku mendapatkan upah kerjaku.
Hehehehe.... It's worth...

Sebuah kecupan di pipi.
"Cantik aaaaliiii.... Maacih abangku sayang..."

Bukan karena aku ahli mengedit foto, sayang..... Tapi dasar kamu memang cantik.
Aku kan cuma nambahin bingkai doang. :p

Hari #88 - Kau Dan Sahabatmu

Kesetiaan sahabat dapat diuji dengan kesusahan mu.
Well, aku cukup beruntung,
karena sahabatku tidak terlalu banyak, tapi bisa dikatakan hampir semuanya setia padaku.
Bener.
Hanya beberapa orang teman yang bisa kukategorikan sahabat.
Dan aku bisa dengan cepat menyebutkan semua nama mereka, tanpa berpikir lagi.

Tapi bila membicarakan masalah sahabat dengan mu, mungkin agak sedikit berbeda.
Agak sulit bagimu membedakan yang mana teman, yang mana sahabat.

Yap.
Kamu sulit membedakan mana teman baik, mana teman saja, mana teman dekat, mana sahabat.

Wait? Apa memang berbeda?
Ya iya lah berbeda.

Mudahnya, aku berteman dengan semua pegawai yang ada di kantorku, kantor tetangga, dan semua orang yang kulihat sehari hari.
Aku berteman dengan semua teman alumni SD, SMP, SMU,  dan Kuliah ku. Juga dengan teman teman sepermainan. Teman nya teman. Dan semua orang yang mengingat aku.
Got it? 
Itu teman saja.

Ada beberapa diantara teman-temanku yang sering nanya kabar, sering nelpon, dan sering ngajak hang-out bareng.
Itu teman baik.

Ada beberapa diantaranya (dan ini semakin sedikit saja) yang bisa dipercaya dan aku yakini akan membantu ketika aku kesusahan. Sama seperti aku juga akan membantunya dalam kesusahan.
Susah aja dibantu, kalau senang nggak usah ditanya kan?
Ini teman dekat.

Tapi, diantara yang sedikit itu, ada beberapa, dan hanya beberapa, yang bisa kupercaya untuk membagi rahasia, masalah, cerita atau apapun yang kurasa tidak bisa kubagi dengan orang lain. Dia akan mendengar, dan bila diminta akan memberikan saran. Bila tidak, dia akan diam.
Dia menjadi telinga yang mendengar saat diperlukan. Dan menjadi bibir yang berkata saat diperlukan.
Dia tidak akan segan memarahimu. Dia tidak akan takut kau membencinya.
Karena separah apapun situasi, kau akan kembali padanya.
Kau percaya padanya, seperti kau percaya pada dirimu sendiri.
Punya orang seperti itu?
Itu sahabat.

Jadi kalau cuma teman dari masa kecil, teman lama, teman nongkrong, teman gaul, atau teman apapun namanya yang kamu maksud itu, aku cuma bisa bilang... hahahahahaha....
Secepat dia bisa kentut, secepat itu dia akan meninggalkanmu bila dirasa tidak menguntungkan baginya.
Got it?

Hari #87 - My Everything

Siapakah aku bagimu?
Sahabat? Teman?
Abang?
Mantan?

Siapakah kau bagiku?
Akan kubuat mudah menjawabnya.

Kau segalanya yang aku inginkan
Kau segalanya yang aku butuhkan
dan aku ingin aku menjadi segalanya bagimu,
Kau adalah segalanya bagiku.
Segala yang bisa terpikirkan olehmu, segala yang aku perlukan.

as Easy as That.

Gara Gara Foto Friendster


Masih ingat jaman Friendster?
Itu lho, Social Media terpopuler di Indonesia sebelum otak kamu dirusak oleh Facebook dan Twitter.
Jauh sebelum orang mengenal Blackberry Messenger.
Jauh sebelum orang mengenal Galaxy Tab.
(Kayak udah terjadi 100 tahun aja...)
Hahahahaha.....


Foto ini pernah kamu pajang di akun Friendster-mu sebelumnya.

Yak.... Alasan kita bisa bertemu kembali setelah berpisah adalah gara-gara foto Friendster.

Setelah kejadian Horor di Laboratorium komputer, besoknya aku kembali bekerja seperti biasa.
Kali ini udah terang, jack. Gak bakal takut lagi lah.
Waktu istirahat di kantorku, iseng-iseng aku buka Friendster
Tanganku gatal untuk mengetikkan namamu di kotak search friend.
Aku menemukan namamu, dan membuka profilnya.

Kulihat foto ini.
Mungkin waktu berfoto, niatmu adalah tersenyum tipis agar terlihat manis.
Tapi yang kulihat adalah, seorang gadis cantik yang hatinya terluka.
Wajahmu begitu sayu. Terlihat sedang memendam kesedihan.
Semakin penasaran, kubuka koleksi fotomu.
Dan semakin kutelusuri, semakin jantungku berdebar.

Kulihat fotomu bersama seorang lelaki, bertelanjang dada (buset, bahasanya...), menggandeng tanganmu, berjalan keluar dari kolam renang air panas.
Wajahnya terlihat sangat familiar.
(Belakangan aku tahu, aku memang kenal dia, seorang teman sekelas adikku, sekaligus anak dari guru bahasa inggrisku saat SMU... Hidup ALONG!)

Dan..... Aku cemburu.
Aku cemburu.
Hatiku panas.
Aku tidak rela melihatmu bersama orang lain.
Tapi aku boleh bersama orang lain?

Mungkin kamu masih menyimpan foto-foto ketika kalian sedang jalan-jalan bersama teman-temanmu.
Tapi jujur sih, aku gak kepengen melihatnya.

Saat itu juga, aku putuskan untuk menghubungimu.
Dering sekali, dua kali tiga kali dan diangkat.
Diseberang kamu menjawab dengan ramah dan tenang.
Seperti gak ada kejadian apa-apa.
Hebat.
(Padahal kamu senang banget ya kan? Ya kan? Ngaku deeeehhh...)
Belakangan kamu memang mengaku sangat senang karena aku menghubungimu kembali.

Korean Wave



Jauh sebelum negara kita tercinta dijajah oleh Korean Wave, Jauh sebelum kamu mengenal artis-artis Korea, aku sudah lebih dulu terjangkit yang namanya Korean Wave.
Oh ya?Iya dong

Aku udah lama kenal dan ngefans dengan artis-artis semacam Jeon Ji-Hyun, Moon Geun‑Young atau Han Ga In
Lho? Kok cewek semua?
Ya iyalah, kalau aku ngefans sama cowok ntar dikira homo lagi.

Hobiku adalah koleksi DVD film dan musik. Dan salah satu katalog koleksiku adalah film korea dengan aktris cewek berambut panjang berkulit putih nan aduhai...
Karna waktu itu DVD juga masih sulit dicari, aku sering jadi sasaran teman-teman buat minjam DVD.
Kalau mereka minta rekomendasi film apa yang bagus, aku sering menawarkan film My Sassy Girl .

Tak terkecuali Herlina.
Aku ingat, film pertama yang kamu pinjam dariku adalah My Little Bride nya Moon Geun-Young.
Entah itu cuma jadi alasan supaya kamu bisa main ke kontrakanku atau memang pengen nonton filmnya, aku nggak tau

Tapi sejak aku mengenal dan pacaran dengan gadis yang satu ini, memang kebiasaanku mengoleksi film korea semakin berkurang.
Buat apa lagi koleksi gambar cewek cantik dalam DVD, kalau aku udah punya satu?

Serius lho.
Bagiku kaulah Jeon Ji-Hyun versi Indonesia ku.
My Indonesian Sassy Girl.

Up


Ada sebuah film animasi yang jadi favoritku dan Herlina. Judulnya UP.
Film animasi yang dirilis tahun 2009 ini punya pesan moral yang cukup dalam, bahkan untuk kategori film animasi. Sekaligus membuktikan, kalau film animasi bukan lagi film yang hanya cocok ditonton oleh anak-anak. Karena kadang, film animasi pun cukup "berat" buat jadi konsumsi anak-anak.
Aku masih ingat, awalnya film ini dapat dari download (bajakers mania...)  tapi akhirnya kami sampai beli DVD nya supaya bisa ditonton berulang-ulang.

Berkisah tentang Carl Fredricksen (Edward Asner), kakek berusia 78 tahun, seorang pedagang balon memutuskan untuk mewujudkan mimpinya yaitu berpetualang dengan mengikatkan ribuan balon pada rumahnya dan terbang menuju Amerika Selatan. Namun rencananya menjadi mimpi buruk saat ia mengetahui bahwa seorang anak berusia 8 tahun bernama Russell (Jordan Nagai) ikut bersamanya

Ada banyak pesan moral yang bisa kita tangkap dari 15 menit awal dan 15 menit terakhir film ini.

Setiap orang harus mempunyai tujuan hidup.
Carilah pasangan hidup yang satu visi dan misi dengan kita untuk bersama-sama mewujudkannya. Jadi bukan karena cinta dulu baru mencocok-cocokkan tujuan hidup.

Seperti Mr. Fredricksen dengan isterinya walaupun tidak bisa memiliki keturunan namun visi dan misi hidup mereka bukan hanya karena keturunan tapi karena ingin meletakan rumah di atas Paradise Falls, yang letaknya menurut geografi merupakan salah satu tempat yang sudah hilang. Dengan satu visi dan misi inilah mereka mulai memupuk cinta mereka bahkan bisa terus hidup bahagia sampai tua, bahkan sampai maut memisahkan, akan tetapi tujuan hidup mereka tidak mati dan tetap hidup.

Tubuh bisa mati, tapi cinta akan tetap hidup.
Walaupun kita dan pasangan kita dipisahkan oleh maut sekalipun.

Seperti Mr. Fredricksen yang telah istrinya telah meninggal tapi tidak membuatnya patah semangat untuk hidup. Tapi dia tetap dengan sabar dan setia menjalani hidup sendiri dengan kenangan-kenangan indah bersama istrinya. Walaupun banyak rintangan tapi semangat hidup membuat Mr. Fredricksen terus berusaha hingga akhirnya tercapai walaupun tanpa istrinya di sisinya.

Tak perlu takut untuk hidup jika orang terkasih sudah tiada
Walaupun orang yang menurut kita adalah orang yang bisa mendukung dan mem back up kita sudah tidak ada, karena akan selalu ada orang-orang yang bisa menolong.

Seperti Mr. Fredricksen ini walaupun isterinya sudah meninggal namun semangat hidup tetap menyala-nyala. Meskipun usia mungkin tidak mendukung, kehadiran seorang anak kecil berumur 8 tahun yang bernama Russell ini telah membantunya.

A good movie. Worth to watch.

Hari #86 - Pantas Mendapat Segalanya

Menurutmu, apa aku pantas mendapatkan kebahagiaan lebih?
Semua materi. Semua pengertian.
Rumah, mobil disupirin, ada yang beresin rumah, ada yang belanja buatku, aku hanya tinggal memasak saja dan suami yang amat sangat pengertian.

Ya. Kau pantas mendapatkannya.
Karena tidak seorangpun yang tidak pantas.

Tapi kapan ya?
Aku sudah bosan dan capek hidup seperti ini.

Tergantung kapan kau mau memulainya.

Aku gak mau memulai.
Aku mau semua sudah tersedia.

Mulailah mencari.

Horor Di Laboratorium Komputer


Catatan Penulis:
Tadinya aku pingin masang gambar yang lebih seram. Gambar setan atau hantu gitu.
Tapi berhubung saat menuliskan cerita ini aku lagi sendirian, dan jam udah menunjukkan pukul 1:11 dini hari, niat dibatalkan.
Iya... penulisnya penakut!
Coba aja kalau kamu yang jadi aku. Berani gak?

Cerita ini terjadi waktu aku masih kerja di kota Binjai, kurang lebih 45 menit perjalanan dari pinggiran kota Medan, sebagai Ka.Laboratorium Komputer di sebuah Sekolah Tinggi.
Walaupun tugas utamaku adalah sebagai pengawas Lab, tapi aku juga merangkap jadi dosen.
Ceritanya, sekitar 2 minggu lagi ujian semester akan dimulai. Tapi seluruh komputer di Lab belum terinstal software pendukung yang akan dipakai untuk bahan ujian
Karna pagi dan siang Lab selalu full terpakai, dan sore sampai malam aku harus mengajar, terpaksa pekerjaan install meng install harus dilakukan tengah malam.
Asistenku sempat menawarkan bantuan, tapi aku menolak, toh kerjaannya tidak sulit, hanya saja butuh waktu.

Kopi siap. Rokok ada. Alat-alat komplit. Mulai bekerja.
Pekerjaan dimulai dengan melepas CPU dari meja (CPU nya dikunci dengan baut langsung ke meja, takut kecurian). Untuk itu aku perlu obeng.
Aku mulai membuka CPU dari meja yang paling ujung, dekat dengan papan tulis. Sementara pintu ada di seberang berlawanan. Total dalam sebaris meja, ada 10 CPU.
Nah, setelah membuka seluruh CPU dari meja yang sebaris, aku mulai menginstall software di CPU paling kiri. Tidak ada masalah. Secara perlahan, aku bergeser ke CPU selanjutnya. Install, lepas, pasang lagi.
Selesai sebaris, aku bermaksud pindah ke baris berikutnya.
Tapi obengku kemana?
Kucari kesana kemari, tidak ketemu.
Akhirnya dengan menggerutu aku keluar dari Lab dan berjalan ke kamarku untuk mengambil obeng ke kantorku yang ada dilantai bawah.
Saat keluar dari Lab, kenapa aku merasa seperti ada orang didalam ya?
Kulirik kedalam, tidak ada siapa-siapa.
Ah, cuma perasaanku saja.

Aku masuk kedalam kamar dan ini hal ganjil yang kedua.
Kenapa obengku bisa ada disini?
Obeng sialan itu tepat berada diatas mejaku.
Kan dari tadi aku nggak ada keluar dari Lab?
Kok bisa ada disini?

Masa bodoh. Aku mau kerja lagi.
Aku kembali ke Lab dan hal ganjil yang ketiga muncul.
Kenapa CPU di baris kedua sudah terbuka?
Kan tadi baru cuma selesai baris pertama?

Masa bodoh. Aku masih mau kerja lagi.
Aku teruskan pekerjaanku menginstal ke baris kedua.
Setelah selesai, aku pindah ke baris ketiga dan hal ganjil keempat muncul.
Kok software di baris keempat sudah pada terinstal?
Kan CD nya ada padaku dan baru kubeli tadi sore?

BYAR! PET!
Listrik padam saudara saudara..!!!
Kali ini nggak masa bodoh lagi.
Aku ngibrit lari keluar Lab dan langsung keluar kampus.
Masa bodoh dengan Lab!

Hari #85 - Restu Ibu

Tak ada lagi hal yang lebih membahagiakan bagi seorang anak, selain mengetahui bahwa dirinya selalu mendapatkan dukungan yang ia butuhkan dari orang tuanya.
Dan aku adalah salah satu dari orang yang berbahagia itu.

Diam-diam ternyata Ibu adalah orang yang paling memahami seperti apa perasaanku.
Bodohnya aku.
Seharusnya aku tak perlu bercerita kesana kemari untuk sekedar menuntaskan sesak dalam hati.
Aku masih punya Ibu.

Dan hari ini, adalah salah satu hari terpenting dalam hidupku.
Hari ini, aku menyadari pentingnya restu orang tua.
Betapa segala hal yang ingin kau lakukan, sesungguhnya tidaklah sulit, selama orang tua memberkatimu.

Rasanya hangat dan nyaman ketika aku menerima semua itu.
Aku penuh percaya diri, dan semua keraguanku musnah.
Sudah cukup lama sejak Ibu terakhir kali memberiku keyakinan bahwa aku bisa melakukan apapun, selama aku bertekad dan aku mau melakukannya.

Thank you mom.
Akan kupenuhi keinginanmu.
Akan kubawa dia pulang.

Hari #84 - Benci Mimpi

Jadi belum ada lekong yang mendekatimu sampai sekarang?
Belum ada atau memang standarmu yang tinggi?
Atau mungkin kamu mau nyari yang seperti aku, plus punya segalanya?

Aku nggak bilang nggak mungkin ada.
Tapi kalau aku ya limited edition.
Cuma dicetak satu dari pabriknya.

Well...
Aku bilang "I See..." dalam artian "Aku mengerti..." , atau "Gitu ya..."
Jangan diterjemahkan secara harfiah jadi "Aku melihat.."

Mimpi itu hanya bunga tidur.
Dan memang benar segala sesuatu itu berawal dari mimpi.
Jadi banyak-banyaklah tidur biar mimpi terus.

Makin nggak nyambung.

Mungkin kalau aku dulu lebih mendengarmu,
mungkin saja sekarang aku sudah menjadi orang yang kau impikan.
Memang benar.
Tapi, kalau semua ini tidak terjadi, apa kamu lebih suka manusia kasar yang bersamamu dulu?
Sayangnya, aku lebih mendengar orang yang menurutku lebih berharga.
Itu tidak sepenuhnya benar.
Jangan membuatku memilih antar kamu dan mereka.
Itu sama saja menyuruhku untuk menggantung leher atau minum racun serangga.
Sama-sama nggak enak.
Keduanya berharga bagiku. Aku sayang keduanya.
Dengan cara yang berbeda, dengan perlakuan yang harusnya berbeda pula.

Buat apa peduli sama orang, orang aja belum tentu peduli sama kita.
Yap. Mungkin benar juga.
Banyak sekali urusan yang seharusnya tidak kuurusi, malah aku ikut campur.

Hari #83 - Cahaya Yang Bersinar

Selamat pagi nona "Mariah Carey kejepit pintu"...
Dengan suara yang mendesah-desah bukan karena sok seksi.
Tapi karena kebanyakan nyanyi.
Siapa suruh nyanyi sampai 2 album?
Hehehehehe....

Terima kasih untuk saranmu untuk pulang ke kampung halaman juga.
Aku juga sangat ingin pulang ke Bona Pasogit.
Aku pingin ziarah ke makam oppung.
Gak akan lama-lama lagi kok.
Bukan, aku nggak banyak mikir-mikir.
Aku sih pinginnya sekarang juga.

Tapi aku pingin, kalau waktunya aku tiba pulang kampung,
aku pingin sekalian bawa calon menantu buat orang tuaku.

Dan saat ini belum ada.
Mau dicarikan?
Nggak usah. Aku udah nemu orangnya kok.
Aku cuma bilang belum ada. Bukan belum ketemu.
Siapa? Mau dikenalkan?
Oooh... Jadi kalau aku mau, tinggal bilang aja kalau suka, gitu?
Ya udah, sana pergi cari cermin, terus bilang:
"Hoy... ada cowok suka sama kamu tuh... Dia pengen nikah sama kamu"
"Mau?"

Cahayaku itu semakin bersinar terang.
Bukan lagi hanya kepadaku.
Ia menyinari semua yang ada disekitarnya.
Banyak sudah perubahan dari dirimu yang dulu.
Kamu sudah semakin dewasa.

Hari #82 - Sampai Jumpa, Sahabat

Seorang sahabat pergi meninggalkan kehidupanku lagi.
Lagi lagi...

Seorang sahabat tempatku biasa berbagi cerita, berbagi pengalaman.
Seorang sahabat tempatku meminta saran dan pendapat selama beberapa tahun tarakhir.
Cuma dia yang mengerti, seperti apa keadaanku saat ini.
Cuma dia yang mau mendengar, tanpa harus menggurui.

Sudah hampir 3 tahun, sahabatku.
Mungkin juga aku sudah terlalu terbiasa dengan keberadaanmu.
Mungkin juga aku sudah terlalu terbiasa berada di zona nyaman.

Perubahan.
Semuanya harus berubah.
Untuk yang lebih baik, bukan?

Entah seperti apa hari-hari kedepan tanpamu dekat denganku lagi.
Lelucon garing dan tawa lepas itu mungkin tak ada lagi.
Tapi selama kita masih menginjakkan kaki di atas tanah yang sama,
kita tetap sahabat.

Kau sahabatku.
Satu dari sedikit yang pernah ada.
Satu dari sedikit yang mengerti

Sampai jumpa, sahabat
Kita pasti akan bertemu lagi.