Hari #20 - Kebiasaan

It'll be a strange life without you. Cause you've become some kind of habit for me.

Aku akan merasakan kehilanganmu.
Benar.
Hidupku tidak akan sama lagi tanpamu.
Awalnya mungkin akan terasa aneh.
Tanpa aku sadari, kau sudah menjadi semacam kebiasaan bagiku.
Kebiasaan baik dan kebiasaan buruk.

Aku sudah terbiasa mengandalkanmu dalam berbagai macam situasi.
Seperti aku sudah terbiasa kau andalkan dalam berbagai situasi juga.
Sekarang tidak akan ada lagi kebiasaan itu.

Meski kau sudah jadi bagian hidupku.
Sekarang saatnya membuat kebiasaan baru untukku.

Hari #19 - Kenangan Bodoh

Aku ketinggalan bus terakhir. Aku gak bisa pulang tadi malam.
Gak ada tempat menginap.
Shit. Kacau sekacau-kacau nya.

Cara terbaik untuk mengakhiri penantian seorang laki-laki adalah dengan menolaknya dengan kasar di tempat umum, dan membiarkannya menggelandang di pinggir jalan.
Membiarkannya mendengarkan isak tangismu lewat telpon.
Membiarkannya mengabulkan permintaan terkhirmu.
"Aku ingin mendengarkan suaramu untuk terahkhir kalinya"

Luar biasa.
You girls are amazing.

Pagi ini, dengan perasaan campur aduk, yang herannya, aku nggak ngerti , aku berjalan sendirian.
Aku tak tau harus kemana. Harus apa. Harus bagaimana.
Aku terus berjalan dengan ratusan pikiran berkecamuk di benakku.

Dan tanpa sadar, aku udah sampai ke rumah kontrakan lamaku.
Aku terus berjalan. Dan yang kumaksud benar-benar berjalan kaki.

Pernah bayangkan gimana jalan kaki dari Simpang Kampus terus ke Pasar II Padang Bulan, mutar-mutar Pasar I, II, III dan terus ke Ring Road, Tanjung Sari, putar ke Dr.Mansyur, Terus ke Pringgan, Mongonsidi, dan terakhir berhenti di kuburan Padang Bulan?
Kalau kamu orang Medan, pasti paham.

Kota ini menyebalkan.
Kota ini penuh kenangan tentangmu.
Kota ini penuh tempat-tempat yang mengingatkanku tentangmu.
Tempat-tempat tadi adalah tempat dimana aku banyak menghabiskan hidupku bersamamu.
Selama aku ada di Medan.
Dan setiap sudut kota sialan ini mengingatkan aku tentang kejadian-kejadian yang kualami bersamamu.
Disetiap titik perhentianku, aku melihat sosokmu.
Tersenyum dan menatap manis kepadaku.

Bantu aku, ya Tuhan.

Hari #18 - Terjawab


Akhirnya Hari ini tiba.
Akhir semua gelisah, Doaku telah terjawab.
Hari ini semua terjawab sudah.
Dia bukan untukku.
Dia bukan rusukku yang hilang.

Penolakan yang kedua kalinya.
Terima kasih untuk jawabannya.

"Laki-laki buruk akan merenggutmu dari keluarga, dan membuatmu menua dalam penantian yang sia-sia"
Oke, terima kasih om mario. You make that even worse to me.

Now, LEAVE ME THE F*CK ALONE!

Hari #17 - Haruskah Aku Menepati Janji?

Seharian kuhabiskan dengan merenung dan berfikir.

Malam ini aku berangkat ke Medan.
Aku udah janji mau traktir Imel nonton Iron Man 3. Secara aku kalah, gitu lho.
A promise is a promise.
Dan laki-laki akan selalu menepati janjinya. Ciee....

Lalu masalahnya apa?
Ya, gak lebih gak kurang masih seputar janjiku pada Herlina.
Aku pernah berjanji padanya, aku akan menunggunya selama 100 hari.
Apapun jawabannya setelah 100 hari, aku akan terima.
Selama itu aku tidak akan pacaran dengan cewek (cowok juga..) manapun.
Akan kujaga diriku seperti apa terakhir kali ia berjumpa denganku.
Dengan kata lain, menjomblo lah selama ia berfikir dan mempertimbangkan.


Saya buaya.
Yang aku takutkan, apakah aku bisa menjaga diriku besok?
Nonton bareng, bareng cewek cakep (biar cuma teman, dia juga jomblo lhoooo...) apa iya, aku kuat?
Sekali lagi, saya buaya.
Buaya nggak akan pernah mau nolak bangkai.

Kalau dipikir-pikir lagi, bukankah semua sudah berakhir ketika ia menuduhku jadi penyebab para lelaki-tampan-baikhati-perkasa-kaya-lagipulatidaksombong-nya itu mundur secara teratur?

Haruskah kutepati janji ini?
Sudahkah ini berakhir?

Terus terang, inilah pertama kali aku datang ke Medan, dengan tujuan bukan untuk menemui Herlina.
Pertama sekali sejak aku mengenalnya.
Dan terakhir kali aku datang ke medan (bulan februari lalu...) rasanya aneh sekali, datang tanpa dijemput, datang tanpa diharapkan, dan sepertinya datang tanpa tujuan pasti.

Semoga kali ini kutemukan jawaban yang kucari.
If she's not the one, then stop me Lord....
Hentikan aku, ya Tuhan...

Hari #16 - Semua Berubah


Semua orang akan berubah seiring waktu.
Tak semua orang memang akan berubah menjadi orang yang lebih baik.
Banyak juga yang akan berubah menjadi orang yang jauh lebih buruk daripada kondisinya saat ini.

Akan ada orang yang mempermasalahkan pengorbanan di waktu lampau, lantas menyalahkan diri sendiri.
Ada juga yang memilih bersyukur akan segala hal yang terjadi atas dirinya.
Life's an option. It's all about your choice.

Lantas bagaimana dengan orang yang bahkan  tidak bisa memilih?
Bagaimana seandainya aku tidak memilih?
Bagaimana seandainya aku tidak sanggup memutuskan?
Bagaimana seandainya seluruh hidupku hanya kuhabiskan dengan berharap?
Menunggu.
Hidup dimasa lalu?
Waktu pelan-pelan akan menggerogotiku. Memakan daging mudaku.
Dan menggantikannya dengan ketuaan.

Sebelum aku sadar, aku telah tua. Dan masih penuh penyesalan.

Hari #15 - BPK dan Iron Man

Aku tau, kamu suka BPK.
Bwahahahahahaha... tapi apa karena kebanyakan makan BPK jadi bisa bahasa karo?

Nevermind, sepenggal kalimat diatas nggak penting untuk dibahas. :p

Saatnya kita bahas Iron Man 3!
Hari ini ada pengalaman menarik.
Waktu lagi ngobrol dengan Imel, iseng-iseng aku ngajak taruhan.
Kalau aku menang, dia bakal traktir aku nonton Iron Man 3.
Kalau kalah, aku yang traktir.

Taruhannya?
Tebak jenis musik favorit masing-masing. Lengkap dengan salah satu artis pengusungnya.
Guys, I always go easy on girls...
Jadi untuknya kupermudah. Gak perlu nebak jenis musiknya. Cukup sebut satu saja artis favoritku.

Hasilnya?
Dia menang.
Oke. Saatnya menyisihkan uang buat traktir Imel nonton.

Hari #14 - You Make Me Sick

Udah berusaha sabar. Masih aja dituduh macam-macam. Gondok kali bah...
Yeah.. aku marah dan kesal. Sangat kesal.
Gak ada angin, gak ada hujan, kok tiba-tiba muncul percakapan lewat BBM seperti ini,

H = Herlina, A= Aku

H : Aku tau dirimu disana selalu memata-matai aku, jadi tolong jangan ganggu.
A : What?
H : Ya. Soalnya semua cowok yang​ mendekatiku tiba-tiba mundur semua tanpa ada alasan. Aku bingung kenapa. Dan aku baru aja nemu suspectnya. Bisa kan aku hidup sendiri?

Oke, pertama, saya adalah seorang mata-mata. Kemudian saya adalah tersangka yang sanggup membuat semua cowok yang mendekati kamu mundur. Waw.. Amazing!
Oh, anyway, berapa cowok? Gila, aku hebat sekali rupanya ya?
Ya tanya sendiri dong, kenapa pengecut-pengecut itu mundur tanpa ada sebab?
Coba bercermin. You pathetic. ”...semua cowok yang​ mendekatiku...”
Emang kau pasar malam? Lihat sendiri lah dirimu sekarang.
Ingat ini: suatu saat, keparat-keparat yang kau sebut teman itu akan menusukmu dari belakang, dan kau akan tertinggalkan sendiri...

Oh iya, Gayamu sekarang menyebalkan.
Potongan Rambutmu buruk.
Kacamatamu membuatmu terlihat tolol.
Gaya bicaramu kelewat sombong.
Aku tau, dalam 87 hari keputusanmu gak akan ada.
Karna memang kamu gak punya pikiran sendiri.
Semua adalah pendapat orang.
Biar kupermudah.
Hate me.
Bunuh perasaanmu padaku.
Biar mudah bagimu mencari laki-laki lain

H: Apa? Potongan rambutku salah? Sepertinya ini potongan rambut aku dulu la. Κamu menghina karena kamu gak bisa menikmatinya kan?

Menikmati? Masa gak hapal aku model rambutmu tahun ketahun?

Pergilah.
Kamu bebas.
Aku cinta kau apa adanya.
Yang sebenarnya.
Polos. Tanpa ada gaya-gayaan yg dibuat-buat
Pergilah selagi bisa, Pulanglah selagi bisa.
Maaf. Aku bukan ban serap.

Hari #13 - Saturday 23th

Ini hari Sabtu.
Saturday Night.
Malam Minggu.
Hari yang sangat disakralkan pasangan muda-mudi (halah..) dan kekasih non jomblowan dan jomblowati.
Tapi buatku nggak ada bedanya. Hari ini sama saja dengan hari-hari lainnya dalam seminggu. Kecuali fakta bahwa besok adalah hari libur. Besok nggak masuk kerja. Aku bebas mau tidur jam berapa, mau main game semalaman, atau ngeblog sampai pagi. Yihaaaa...!!!!

Tadinya kupikir begitu, sampai muncul sebuah pesan BBM dari Herlina.
Awalnya dia nanya "Apa aku mengganggu?"
Kujawab "Nggak, kenapa? Ada masalah ya?"
Jawabnya sungguh nggak mengenakkan hati.
"Nggak ah.. lagi susah tidur, cari teman cerita aja"

Benarkah?
Aku cuma segitu aja ya?
Teman-teman mu yang setia-kawan dan penuh pengertian itu pada kemana semua?
I tell you what, dear...
Aku males ngomong denganmu lewat telpon. Lewat BBM aja ya?
I have a reason, why I won't talk to you

Hari #12 - Persetan Dengan Cinta

Katanya: "Persetan dgn cinta, cinta ga bisa ngasih makan".
Kataku: "Kalau ibumu ga cinta kau, udah lama kau dijual buat beli makanan"
Sepertinya aku mulai kehilangan rasa percaya sama yang namanya cinta.
Terutama cinta dari orang yang bukan sedarah.
Emang masih ada ya manusia yang mencintai sesamanya tanpa mengharapkan imbalan atau balasan apapun?

Hari #11 - Happy Birthday Harris

Happy Birthday Harris...
Adik ke-3 Herlina.

Semoga harapan, cita-cita dan keinginanmu dikabulkan Yang Maha Kuasa.
Be a good guy, dude :)

Well... aku nggak begitu mengenal adiknya yang ini.Waktu masih sering main kerumah Herlina pun, aku cenderung lebih akrab dengan adiknya yang ke-2. Tapi yang aku tau tentang Harris, dia ini maniak game, terutama Point Blank. Aku dulu juga suka, tapi akhir-akhir ini udah malas dan jenuh main game. Mungkin faktor usia kali ya?

Hahahahaha...
Harris lah yang paling sering nanya, kapan aku datang kerumah mereka lagi. Dan Harris lah yang pertama sekali bilang kalau dia setuju kalau aku menikah dengan kakaknya. Thank you man...

Anyway... Dirumah Herlina ada makanan enak nggak ya?

Hari #10 - I Miss You

Mulai merasakan yang namanya rindu ketika hari sudah memasuki akhir minggu.
Ahh.. hidupku menyedihkan. Aku jadi rindu dicerewetin. Aku jadi rindu ditelponin setiap saat.
Ditanya lagi dimana.Ditanya sedang apa.Ditanya sama siapa.
Aku jadi rindu telponan gak jelas.
Aku jadi rindu BBM an sampai tertidur.
Membahas topik yang ntah kemana arahnya pun gak tentu.

Perasaan aneh yang muncul ketika hari mulai gelap.
Pegang-pegang HP, udah tekan nomornya, tapi berat untuk nekan tombol call.
Udah ketik pesan BBB, tapi sepertinya aku lupa dimana tombol enter.

Ahh... aku rindu kamu Herlina.

Hari #09- My Girlfried's Dead

Pissed Off today!
Everything tastes like shit. Everything sucks!

Entahlah... rasanya kesal kali liat plin-plan nya si Herlina ini. Entah apa pun maunya.
Kemaren katanya, mau mencoba 100 hari untuk berfikir.
Kemudian berubah, katanya mau sendiri aja. Nggak mau jalanin dengan siapapun.
Katanya semua cowok sama aja.
Ternyata yang terjadi adalah, dia menyukai seseorang. Tapi sepertinya kasih tak sampai.
Darimana aku tau?
Oke oke... Aku stalking...
Cek status BBM, liat twitter dll...
Ya ya ya... tidak konsisten. Tidak siap menghadapi kenyataan.
Iyaaaa.... aku cemburu.

Pokoknya hari ini yang kurasakan adalah aku sangat kesal.
Pengen kutulis besar-besar di status kalau Herlina sudah mati!
Selesai.
Jadi, gak usah tanya-tanya lagi tentang dia padaku.

Hari #08 - A Liverpudlian And A Mancunian

Schön.
Masih tentang sosok yang menurutku misterius ini. Seorang yang hanya bisa berkomunikasi denganku lewat dunia maya. BBM, twitter atau facebook. Aku tak punya nomer HP nya. Dan aku memang tidak pernah bertanya.

Schön adalah seorang Mancunian (paling tidak begitu mereka menyebutnya). Seorang fans klub Manchester United dan penggemar berat Robin van Persie. Heran. Padahal baru musim ini van Persie pindah ke MU.
Dia memanggilku Liverpudlian. Karna aku adalah fans Liverpool. Musuh terbesar MU di Inggris.

I love this girl.
Jangan salah. Cinta yang kumaksud bukan cinta picisan dengan embel-embel saling memiliki. Mungkin terlalu dini untuk disebut sahabat karib. Atau best friend. Bukan.
Ini sesuatu yang lebih dari itu. Sebuah hubungan yang saling menopang. Saat kami berdua mengalami beban berat.
This is True Love.
Mengasihi tanpa harus memiliki. Sebuah kasih antara dua manusia. Kebetulan saja aku laki-laki, dia perempuan. Kalau dia laki-laki pun, aku akan tetap mengasihinya.

Schön punya kelebihan yang menurutku luar biasa. Dia bisa mengenali karakter seseorang, amat terperinci. Bahkan hanya lewat foto. Aku sudah mengujinya. Dia bisa mengenali karakterku, luar-dalam, tanpa ada kesalahan sedikitpun. Padahal, dia sama sekali tidak mengenal aku sebelumnya. Rupanya inilah penyebab kenapa aku merasa sangat dekat dengannya. Seperti melihat diriku sendiri. Bukan. Dia bukan kembaranku, atau sisi lainku sebagai perempuan. Dia yang memahami karakterku. Aku bahkan tidak mengetahui apapun tentangnya.

Dia pernah memintaku mengujinya. Caranya, aku kirimkan foto adikku sendiri padanya. Rasanya ajaib, dia bisa memahami karakter adikku, yang sama sekali dia tidak kenal, lihat atau pernah berjumpa. Hanya lewat 3 kata. Luar biasa.

Schön juga pernah menilai karakter Herlina.
Apa katanya?
Herlina benci cinta dan galau. Makanya selalu ragu-ragu.
Herlina bilang warna favoritnya adalah coklat. Padahal seharusnya Herlina memilih biru langit dan hijau.
Kenapa?
Agar dia bisa berdamai pada hati dan jiwanya, agar tidak gelisah terus.
Agar dia bisa memutuskan dengan damai dan tepat apa yg nanti tidak akan disesalinya disepanjang hidupnya


Herlina. Kamu terus dilanda gelisah. Jiwamu tidak tenang, Kamu cuma sok kuat.

My color is brown.
Awal keterpurukan dan aku terlalu terfokus pada hal-hal yang ada dibelakangku.
Syukurlah bukan warna ungu. Warna homo. :p
I wonder, what's my color in the next 92 days?

Hari #07 - Berharga

Pagi tadi, pas lagi bongkar-bongkar lemari, aku nemu beberapa jam tangan lamaku. Aku punya banyak jam tangan, tapi  jarang dipakai. Setelah kuingat-ingat, ternyata semua jam tangan ini ada hubungannya dengan Herlina. Entah itu pemberiannya, kubeli bersamanya, atau waktu beli jam tangan, kuminta ia yang memilihkanya untukku.
Ada 2 jam tangan yang paling kuingat.
Sebuah jam tangan bertali merah berlogo Liverpool. Kami beli dikota kelahiranku, saat ia berkunjung kemari. Dipilihkannya, karena ia tahu aku memang fanatik Liverpool.
Dan sebuah jam tangan yang diberikannya untukku setelah aku pindah ke kota ini. Sebuah jam tangan Swiss Army aspal bertali besi. Entah kenapa Herlina suka sekali jam tangan bertali besi. Alasan dibelikannya, supaya aku nggak lupa waktu saat bekerja, supaya nggak lupa makan.
Kufoto tiga diantara jam-jam itu, dan kufoto juga jam Swiss Army itu sendiri. Kupajang di display picture BBM, lengkap dengan status singkat: "Berharga".
Beberapa teman mulai bertanya sambil bercanda, "Berapa harganya?".
"Tidak ternilai," Jawabku.
Tapi yang terjadi kemudian diluar dugaanku.
Setelah beberapa hari tak ada kabar, tiba-tiba muncul pesan BBM dari Herlina.
"Masa sech berharga???" katanya.
Aku cukup bingung harus menjawab apa. Perlu beberapa menit untuk memikirkan jawaban yang tepat.
"Berharga lebih dari apapun yg aku punya," akhirnya kujawab begitu.

Apa dia tidak tahu kalau semua pemberiannya berharga buatku?
Bukan cuma benda. Juga kenangan. Juga Pengalaman. Juga Perasaan.
Apa dia tidak tahu kalau yang berharga itu bukan bendanya?
Yang berharga adalah kenangan dari orang yang memberikan benda itu.

Benarkah diluar sana ada orang yang juga memikirkan aku, seperti aku memikirkan dia?
Adakah aku dalam mimpimu malam ini, Herlina?

Schön

Dari bahasa Jerman, Schön bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai "Cantik".
Beautiful, Nice, Good, Lovely, Pretty, Fine

Dia adalah teman satu sekolah di SMU dulu. Selama masa sekolah, aku tidak pernah berbicara langsung padanya. Jadi kami bisa dibilang cuma teman satu sekolah, karena walaupun aku memang kenal wajahnya, dia sendiri tidak ingat siapa aku.
Waktu iseng buka grup teman-teman SMU di Facebook, aku menemukan profilnya. Ku-add, dan dia pun confirm friendship.

Beberapa hari terakhir aku suka memperhatikan status-statusnya di FB. Unik dan misterius. Itu kesan pertama yang aku dapatkan tentang dia. Dan kuperhatikan, beberapa statusnya di post lewat twitter. Kebetulan aku juga sedang senang main Twitter. Ku follow twitternya dan dia pun follow back twitterku.
Post nya sering bergaya puisi, atau kadang-kadang mirip-mirip dengan lirik lagu. Dan aku penasaran dengan ceritanya. Apa yang tersembunyi dibalik post si Schön ini?
Lewat BBM, kami bertukar cerita, dan banyak hal baru yang kupelajari darinya.

Awalnya aku cuma penasaran apa arti nickname-nya: Schön. Tapi dasar anak gendeng, bukannya ngasih tau artinya, aku malah disuruh cari sendiri. Terpaksalah memanfaatkan jasa Google Translate.

Yang unik, meskipun di sekolah dulu tidak pernah berbicara atau bertegur sapa, dan sudah tidak bertemu hampir 12 tahun, kami langsung nyambung. Obrolan kami tidak pernah kaku atau garing. Seperti orang yang sudah kenal dekat bertahun-tahun. Seperti berbicara dengan diri sendiri. Dia seperti kembaranku.
Sepertinya dia sangat mengenal siapa aku, dan sangat mengerti isi hatiku. Bahkan sebelum aku bilang apa-apa.

"Aku seperti menemukan diriku, dalam wujud perempuan. Sisi lainku."


Schön adalah seorang Mancunian (paling tidak begitu mereka menyebutnya). Seorang fans klub Manchester United dan penggemar berat Robin van Persie. Heran. Padahal baru musim ini van Persie pindah ke MU.
Dia memanggilku Liverpudlian. Karna aku adalah fans Liverpool. Musuh terbesar MU di Inggris.

I love this girl.
Jangan salah. Cinta yang kumaksud bukan cinta picisan dengan embel-embel saling memiliki. Mungkin terlalu dini untuk disebut sahabat karib. Atau best friend. Bukan.
Ini sesuatu yang lebih dari itu. Sebuah hubungan yang saling menopang. Saat kami berdua mengalami beban berat.
This is True Love.
Mengasihi tanpa harus memiliki. Sebuah kasih antara dua manusia. Kebetulan saja aku laki-laki, dia perempuan. Kalau dia laki-laki pun, aku akan tetap mengasihinya.

Schön punya kelebihan yang menurutku luar biasa. Dia bisa mengenali karakter seseorang, amat terperinci. Bahkan hanya lewat foto. Aku sudah mengujinya. Dia bisa mengenali karakterku, luar-dalam, tanpa ada kesalahan sedikitpun. Padahal, dia sama sekali tidak mengenal aku sebelumnya. Rupanya inilah penyebab kenapa aku merasa sangat dekat dengannya. Seperti melihat diriku sendiri. Bukan. Dia bukan kembaranku, atau sisi lainku sebagai perempuan. Dia yang memahami karakterku. Aku bahkan tidak mengetahui apapun tentangnya.

Dia pernah memintaku mengujinya. Caranya, aku kirimkan foto adikku sendiri padanya. Rasanya ajaib, dia bisa memahami karakter adikku, yang sama sekali dia tidak kenal, lihat atau pernah berjumpa. Hanya lewat 3 kata. Luar biasa.

Schön juga pernah menilai karakter Herlina.
Apa katanya?
Herlina benci cinta dan galau. Makanya selalu ragu-ragu.
Herlina bilang warna favoritnya adalah coklat. Padahal seharusnya Herlina memilih biru langit dan hijau.
Kenapa?
Agar dia bisa berdamai pada hati dan jiwanya, agar tidak gelisah terus.
Agar dia bisa memutuskan dengan damai dan tepat apa yg nanti tidak akan disesalinya disepanjang hidupnya

Herlina. Kamu terus dilanda gelisah. Jiwamu tidak tenang, Kamu cuma sok kuat.

My color is brown.
Awal keterpurukan dan aku terlalu terfokus pada hal-hal yang ada dibelakangku.
Syukurlah bukan warna ungu. Warna homo. :p
I wonder, what's my color in the next 92 days?

Hari #06 - Schön

Dari bahasa Jerman, Schön bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai "Cantik".
Beautiful, Nice, Good, Lovely, Pretty, Fine

Dia adalah teman satu sekolah di SMU dulu.
Selama masa sekolah, aku tidak pernah berbicara langsung padanya. Jadi kami bisa dibilang cuma teman satu sekolah, karena walaupun aku memang kenal wajahnya, dia sendiri tidak ingat siapa aku.
Waktu iseng buka grup teman-teman SMU di Facebook, aku menemukan profilnya. Ku-add, dan dia pun confirm friendship.

Beberapa hari terakhir aku suka memperhatikan status-statusnya di FB. Unik dan misterius. Itu kesan pertama yang aku dapatkan tentang dia. Dan kuperhatikan, beberapa statusnya di post lewat twitter. Kebetulan aku juga sedang senang main Twitter. Ku follow twitternya dan dia pun follow back twitterku.
Post nya sering bergaya puisi, atau kadang-kadang mirip-mirip dengan lirik lagu. Dan aku penasaran dengan ceritanya. Apa yang tersembunyi dibalik post si Schön ini?
Lewat BBM, kami bertukar cerita, dan banyak hal baru yang kupelajari darinya.

Awalnya aku cuma penasaran apa arti nickname-nya: Schön. Tapi dasar anak gendeng, bukannya ngasih tau artinya, aku malah disuruh cari sendiri. Terpaksalah memanfaatkan jasa Google Translate.

Yang unik, meskipun di sekolah dulu tidak pernah berbicara atau bertegur sapa, dan sudah tidak bertemu hampir 12 tahun, kami langsung nyambung. Obrolan kami tidak pernah kaku atau garing. Seperti orang yang sudah kenal dekat bertahun-tahun. Seperti berbicara dengan diri sendiri. Dia seperti kembaranku.
Sepertinya dia sangat mengenal siapa aku, dan sangat mengerti isi hatiku. Bahkan sebelum aku bilang apa-apa.

"Aku seperti menemukan diriku, dalam wujud perempuan. Sisi lainku."

Hari #05 - Aku Tak Sendiri

Kopi: Sepahit rasanya penantian. Tapi semanis harapan yang menunggu

Tak ada kabar dari Herlina, pun tak ada niatku untuk menanyakan kabarnya.
Biarlah ia menikmati hidupnya, bersama kesendirian yang dimaksudkannya.
Aku akan membiarkannya tenang sambil berpikir dan mempertimbangkan tujuan hidupnya.

No Call, No BBM, No SMS, I just wanna be alone today.

Sendiri? Benarkah?
Ternyata tidak juga.
Hari ini aku hampir tidak punya alasan untuk mengatakan aku sendiri.
HP ku nyaris tak pernah berhenti berbunyi. Twitterku penuh mention. Facebook ku penuh komentar.
Ternyata mencari kebahagiaan ditengah kesendirian itu tidak sesulit kelihatannya.
Teman tidak selamanya berwujud nyata.
Kadang-kadang sebuah SMS, atau komentar di Facebook bisa membangkitkan tawa dan semangat.
Kalau kamu mau, hidup bisa menyenangkan.
Kalau kamu mau.

I feel great today :)

Hari #04 - Berhentilah Berlari

Sungguh. Aku ingin Herlina berhenti bersembunyi dibalik senyum palsunya.
Aku ingin ia berhenti menyembunyikan sakit hatinya.
Aku ingin menyudahi pertengkaran sia-sia ini.
Aku sudah muak dengan kata-kata kasar yang terlontar dengan atau tidak sadar.

"Every story has an ending, but sometimes in life the ending is just a new beginning"
Benar, akan ada sebuah akhir untuk semua cerita, tapi terkadang, akhir itu justru adalah sebuah awal untuk cerita yang baru.

Tapi apa yang terjadi ini sama sekali tidak menyenangkan.
Mengapa tidak bilang terus terang saja?
Apa sebenarnya yang ada dalam hatinya?
Bukankah aku juga berkata terus terang tentang perasaanku?
Waktu aku mendekat, kau akan membangun tembok untuk menutupi keadaan.
Ketika aku menjauh, justru kau yang akan datang.

Berhentilah berlari.
Tidakkah kau merasa lelah terus bersembunyi?

Hari #03 - Menikmati Sisa Hari

Merasakan kekecewaan sekaligus sedikit kelegaan.
Kecewa karena Herlina masih saja tidak bisa bersikap tegas. Terhadapku maupun terhadap dirinya.
Kecewa karena Herlina malah menyebutku penyebab sakitnya.
Ya. Hari ini ia sakit. Bolak-balik ke kamar mandi. Dan mengeluhkan ulu hatinya sakit.
Sialnya, entah kenapa, malah aku yang dituduh jadi penyebab sakitnya.
"Ntah kenapa Ɣğ‎​ selalu κªmϋ berikan padaQ adalah kesakitan Ɣğ‎​ berlebihan, padahal aq selalu memberimu kebahagian, jadi skrg biarkan aq sendiri,,,, "
Aku tak keberatan membiarkanmu sendiri. Juga tidak keberatan untuk melangkah pergi, bila memang sudah tidak diinginkan. Tapi kok sepertinya aku ditahan dan tidak diizinkan melangkah maju.
Aku merasa bodoh. Merasa begitu rendah.

"Kekecewaanmu terhadapnya - mungkin ujian bagi cintamu, atau pemberitahuan untuk mempertimbangkannya kembali"
Benarkah?

Tapi ada sedikit  rasa lega buatku hari ini. Akhirnya ia setuju untuk mencoba melihat apa yang akan terjadi dalam 100 hari. Aku mendapat kesempatan untuk memegang kendali. Aku cuma ingin memiliki kendali atas kehidupanku sendiri, atas masa depanku.
Aku mungkin tak tahu banyak, tapi aku tahu aku mencintaimu. Dan itu lebih dari cukup buatku.
Aku akan menikmati sisa hari yang aku miliki. Sisa 98 hari untuk mencintaimu.
Semoga setiap jam, setiap menit, setiap detik bisa mengajarkan aku menjadi seorang yang lebih baik.
Setidaknya untuk diriku sendiri.

Hari #02 - Emosional

Seharian ini aku sangat emosional. Aku dipenuhi perasaan yang aku sendiri nggak mengerti.
Marah, kesal, dendam, sakit hati, tapi entah pada siapa.
Aku mengirimkan banyak pesan ke seluruh social media yang dimiliki Herlina.
BBM, SMS, Facebook sampai Twitter. Semuanya tidak dibalas.
Aku cuma ingin mendengarnya menjawab, Ya atau Tidak.
Apakah dia setuju dengan rencana 100 hari untuk menyendiri ini.
Aku ingin dia mencoba menerima pria lain untuk masuk kedalam kehidupannya.
Mencoba memahami sendiri, perasaaan apa yang sebenarnya dia rasakan.

Tapi sepertinya dia kurang setuju.

Awalnya dari status yang kubuat, tentang Pimpro Team kami yang kebetulan bernama Joy.
Damn. I hate that name.
Pertengkaran lewat BBM seharian mewarnai hari ini.
Kenapa saat orang emosi, yang keluar dari mulutnya bukan isi hatinya?

Hari #01 - Sebuah Diary

Aku menghela nafas panjang. Sangat panjang dan berat. Aku menatap ke langit, seperti bertanya:
"Apa sebenarnya rencana-Mu untukku?"
Aku terus bertanya dan bertanya, meskipun aku sudah tahu, sesungguhnya itu tidak ada gunanya. Rencana-Nya jauh lebih megah dari yang bisa terbayangkan. Lebih besar, lebih kompleks, sempurna dan tidak seorangpun yang bisa menebaknya.

Hari ini, aku memutuskan untuk membuat ujian untuk diriku sendiri. Aku ingin menguji hatiku sendiri.
Aku memutuskan untuk memberikan waktu, untuk aku dan Herlina, masing-masing berpikir.
Kubiarkan ia menimbang, seperti apa sebenarnya keinginannya untuk masa depannya sendiri.
Kubiarkan ia mencoba untuk membuka hati dan menjalani hubungan dengan pria lain.
Bukan cuma membiarkannya membuka hati. Aku malah menyarankannya untuk secepatnya mencoba menjalani hubungan dengan pria lain. Pria yang mungkin bisa memberikan apa yang selama ini dicarinya.
Yang mungkin tidak ditemukannya dalam diriku.
Kemapanan.
Ya. Aku menyarankan Herlina untuk coba menjalin hubungan dengan pria lain.
Mencoba mengenali sosok pria yang lain. Untuk membuka wawasannya. Seperti apa laki-laki sesungguhnya.

100 hari. Itulah waktu yang kuberikan untuk Herlina. Juga waktu untuk diriku sendiri.
Mencoba berpikir. Mencoba memahami perasaan sendiri.
Mencoba menyelami jauh kedalam dasar hati.
Benarkah aku orang yang dia cari?
Benarkah dia orang yang aku cari?
Benarkah ia sudah siap untuk melangkah bersamaku?
Benarkah ia sudah siap menghabiskan seluruh sisa hidupnya hanya denganku saja?

Keputusan yang aneh, begitu mungkin menurut orang lain. Tapi aku juga tak mungkin menunggu keputusannya seumur hidup. Aku juga punya hidup. Dan hidupku bukan hanya milikku sendiri. Masih banyak orang yang berharap dan bergantung padaku. Aku sudah bertekad. Keputusan sudah kuambil. Komitmenku pada rencana ini harus kuat.

Dan sebuah Diary diawali...